Perkembangan kognitif anak memiliki tahapan yang berbeda-beda antara satu anak dengan yang lainnya. Hal ini dikarenakan proses tersebut melibatkan berbagai langkah pemahaman informasi, pemecahan masalah, daya ingat, hingga pengambilan keputusan oleh masing-masing anak.
Kondisi tersebut disebabkan oleh ukuran jalan lahir dan panggul Bunda yang terbatas, sehingga ukuran tengkorak dan otak menyesuaikan dengan keterbatasan tadi. Baru setelah lahir, perkembangan tengkorak dan otak berjalan secara maksimal. Nah, Bunda perlu tahu bahwa proses perkembangan ini akan berjalan sampai Si Kecil menginjak usia 2 tahun.
Pengertian Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini
Apa itu perkembangan kognitif? Yaitu tahapan kemampuan anak untuk terus belajar serta berkembang sesuai usianya. Berdasarkan tahap perkembangan anak menurut Piaget.
Perkembangan kognitif anak usia dini merujuk pada kemampuan yang dimiliki Si Kecil untuk memahami sesuatu. Secara harfiah, Kata kognitif berasal dari kata kognisi yang merupakan serapan dari kata cognitive/cognition. Kata cognition memiliki kesamaan arti dengan knowing. terdapat 4 tahapan perkembangan anak usia dini. Berikut penjelasannya:
1. Perkembangan Sensorimotor di Usia 0 - 2 Tahun
Tahapan pertama ini terdiri dari 4 level yang berbeda. Level pertama adalah berkaitan dengan aksi dan persepsi. Di mana terjadi respons sosial pertama kali terjadi. Level ini terjadi di usia 2 sampai 4 bulan.
Kemudian, level kedua terjadi di usia 7–8 bulan. Pada level ini si buah hati akan melakukan pembedaan dan koordinasi makna dan suatu aksi.. Menginjak usia 11-13 bulan, sensorimotor akan menunjukkan beberapa aksi sebagai bukti perkembangan otak anak di usia dini.
Anak akan mulai mempelajari lokasi akan ciri sebuah subjek dan orang dengan satu dua kata saja. Pada tahapan terakhir di usia 18-24 bulan, anak akan mulai menyerap kata untuk menyimbolkan objek dan orang yang terjadi.
2. Tahapan Praoperasional Di Usia 2 Hingga 7 Tahun
Tahapan kedua ini memberikan perubahan yang cukup signifikan. Daya tangkap anak jauh lebih baik. Gerak sensorimotor dan kemampuan berhitung bisa diasah di lingkungan sekolah. Bahkan anak sudah mampu meniru tindakan orang dewasa.
3. Tahapan Konkret Operasional Di Usia 7 Hingga 11 Tahun
Menginjak usia ini, anak akan mulai berpikir secara abstrak, logika, mencari solusi akan sebuah tugas, dan memberi ide -ide yang mereka pikirkan.
4. Tahapan Formal Operasional Di Usia 12 Hingga Ke Atas
Di tahap ini pemikiran abstrak mulai terkoordinasi dengan solusi dan konsep personalitas yang lebih dinamis. Memasuki usia remaja, mereka mulai membawa pemikiran sebab-akibat dari berbagai sisi kehidupan seperti moral, sosial, politis, dll.
Baca juga: 8 Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak dan Cara Mendeteksinya
Hambatan yang Mengganggu Perkembangan kognitif Anak
Teori dari Piaget mengatakan bahwa setiap perkembangan dan perubahan tersebut tidak bisa dipahami secara spesifik. Hal tersebut dikarenakan adanya perbedaan dan kemampuan pada setiap anak. Di sinilah informasi tersebut berkaitan dengan risiko atau faktor yang menghambat perkembangan.
Menurut Jurnal yang ditulis oleh Nicole D.ford dan Aryeh D.Stein, terdapat beberapa faktor penyebab ketidakmampuan untuk mencapai potensi perkembangan anak sedini mungkin. Studi yang dilakukan di Afrika tersebut menggaris bawahi bahwa nutrisi, lingkungan, interaksi anak dan orang tua menjadi faktor hambatan utama.
Namun, studi oleh John.H Flavell pada tahun 1981 ikut memberikan informasi akan hambatan perkembangan anak dari kecil. Yakni akan perbedaan level kedewasaan, kompleksitas, dan gaya berpikir yang memiliki variabel sangat luas. Variabel ini pula yang membuat satu anak dan lainya berbeda.
Dalam penelitian tersebut juga menyorot kepentingan untuk mempertimbangkan akan heterogenitas dan homogenitas seorang anak. Di sini, daya pikir anak akan berbeda yang mungkin saja bersifat keturunan, seperti bakat dan minat. Hal tersebut juga berkaitan dengan edukasi, latar belakang, budaya, dan lingkungan anak.
Baca juga: Mengenal Status Gizi Anak dan Cara Menilainya
Cara Memaksimalkan Perkembangan Kognitif Anak
Terlepas dari hambatan tersebut, bukan berarti para orang tua tidak bisa memaksimalkan perkembangan si buah hati. Perkembangan otak anak bisa diperbaiki dengan menerapkan disiplin sejak usia dini dan akan terbawa hingga dewasa.
Berkaitan dengan hal tersebut, Realfoodfam juga bisa membantu merancang aktivitas belajar yang efektif. Beberapa contoh untuk mengembangkan skill psikomotorik dan kognitif anak usia dini.
- Bermain petak umpet akan mengajarkan cara mengenal lokasi dan menunjang perkembangan motorik
- Bermain lego akan membantu mengembangkan kreativitas anak, begitu pula dengan arsitektur dan bidang bangunan.
- Melukis dapat melatih kemampuan kognitif, anak juga belajar warna, kreativitas, dan imajinasi.
- Bermain congklak melatih perkembangan kognitif anak dalam bidang strategi dan penggunaan otak sebelah kiri.
Dengan didasari pedoman teori Piaget ini, Realfoodfam jadi bisa lebih mudah mengidentifikasi tahapan tumbuh kembang anak. Untuk itulah dibutuhkan stimulus untuk merangsang keingintahuan mereka. Dukung juga si kecil dengan Program Realfood Stay Fit yang merupakan formula semi concentrated Realfood yang dirancang untuk si kecil. Kandungan Asam Amino Fenilalanin yang terkandung di dalam Realfood Stay Fit baik untuk membantu meningkatkan daya ingat anak.
Contoh Perkembangan Kognitif
Berdasarkan jenisnya, perkembangan kognitif terbagi dalam 6 aspek, yaitu audiotory, visual, taktil, kinestetik, aritmatika, dan geometri
Berikut ini adalah contoh perkembangan kognitif anak usia dini berdasarkan 6 aspek tersebut yang perlu di pahami:
Aspek audiotory
Perkembangan kemampuan terkait bunyi/suara, seperti kemampuan mendengar sekumpulan bunyi benda, kalimat, dan kata. Seperti mendengar nyanyian, mendengar bunyi alat musik, mendengarkan cerita, mengikuti tempo suara dengan tepuk tangan, menebak lagu, mengetahui asal bunyi, mengikuti perintah verbal.
Aspek visual
Perkembangan kemampuan terkait visual, seperti penglihatan, perhatian, dan pengamatan. Contohnya adalah menyusun puzzle, menyusun balok, mengenali nama benda, dan mengenali angka dan huruf.
Aspek taktil
Perkembangan kemampuan terkait indra peraba atau mengenali tekstur sehingga memiliki kesadaran akan tekstur benda. Contoh aktivitasnya seperti bisa membedakan tebal tipis, membedakan panas dingin, bermain air, bermain pasir, atau meremas kertas.
Aspek kinestetik
Aspek ini berhubungan dengan kemampuan kelancaran gerak motorik halus. Contoh aktivitas aspek kinestetik adalah melukis, menggunting, berjalan, berlari, dan melompat.
Aspek aritmatika
Perkembangan kemampuan terkait kemampuan berhitung dan kemampuan dasar matematika bagi anak usia dini. Contoh aktivitasnya adalah menghitung benda, mengenali angka, mengumpulkan benda sesuai jumlah angka, atau menjalankan prosedur matematika dasar (tambah, kali, kurang, dan bagi).
Aspek geometri
Perkembangan anak usia dini yang terkait dengan konsep ukuran atau bentuk objek. Contoh aktivitasnya adalah mengukur benda atau memilih benda berdasar ukuran, warna, dan bentuk. Contoh lain adalah membandingkan benda berdasar bentuk dan ukurannya.
Cara Mengembangkan Kognitif Anak Usia Dini
Penjelasan di atas dapat dipraktikkan dalam banyak aktivitas sehari-hari dan sederhana. Ada banyak aktivitas yang bisa menjadi cara mudah untuk mengembangkan kognitif anak usia dini.
Apa yang harus dilakukan oleh Ibu dalam mengembangkan kognitif anak usia dini? berikut 4 cara yang dapat di lakukan untuk mengembangkan kognitif anak.
Bermain
Aktivitas bermain mampu memberikan rangsangan pada untuk melakukan konsolidasi sejumlah pengetahuan dan kemampuan kognitif sehingga dapat berjalan efektif.
Selain itu, bermain merupakan wahana anak melakukan eksplorasi dan eksperimen berbagai jenis konsep kehidupan.
Bercerita
Aktivitas bercerita merangsang psikologi perkembangan kognitif. Aktivitas ini memungkinkan anak mengenali sejumlah bentuk emosi dan ekspresi manusia.
Daya imajinasi, kemampuan berbicara, dan daya kreativitas juga bisa dirangsang dari aktivitas bercerita. Hubungan batin antara Bunda dan Si Kecil juga makin erat bila Bunda konsisten memakai cara ini.
Piknik
Piknik menjadikan anak memiliki kesempatan untuk mengamati dunia lebih konkret dan mendalam. Lokasi piknik bukan hanya area public-space. Berkunjung ke rumah saudara jauh juga bisa disebut piknik.
Manfaat piknik bagi kognitif anak adalah mendapat informasi yang lebih luas, merangsang minat, dan mendapatkan pengalaman baru.
Eksperimen
Eksperimen dilakukan sebagai salah satu cara mengalami serta membuktikan sendiri apa yang dipelajari. Eksperimen sebaiknya dilakukan dengan keterlibatan Bunda atau orang dewasa lain.
Manfaat eksperimen bisa sebagai sarana pengenalan terhadap suatu fenomena, bisa juga menjadi model pembelajaran pada tahap perkembangan kognitif peserta didik.
Rekomendasi artikel lainnya terkait dengan “kecerdasan anak”
- Tak Hanya Kecerdasan Intelektual, Inilah 9 Jenis Kecerdasan Anak yang Harus Diketahui
- 7 Ciri-Ciri yang Menandakan Anak Pintar dan Cerdas
- 9 Cara Meningkatkan Daya Ingat Anak Sejak Dini
Sumber:
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK216774/
- https://www.verywellmind.com/piagets-stages-of-cognitive-development-2795457
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4800975/
- Fischer, K. W., & Silvern, L. (1985). Stages and Individual Differences in Cognitive Development
- https://www.jstor.org/stable/1129634?origin=crossref&seq=1